Rabu, 03 Juni 2009

VERBA DALAM BAHASA ARAB

Pengertian Verba
 Pembahasan tentang ketransitifan tidak dapat dipisahkan dengan pembahasan verba dalam tataran morfologis. Untuk mendapatkan satu pengertian yang utuh dari verba tersebut perlu diberikan penjelasan yang mendetail tentang verba, baik pengertian, ciri-ciri, maupun klasifikasi verba tersebut dalam berbagai kondisi. Verba merupakan komponen bahasa yang universal dalam artian semua bahasa di dunia memiliki kategori kata ini. Dalam kajian lingusitik Arab ada beberapa definisi yang memberikan batasan tentang verba atau disebut juga dengan fi’l tersebut.
 Al-Ghulayaini (1986:11) salah seorang linguis Arab menyebutkan bahwa:
“Al-fi’l: Ma dalla ‘ala ma’nan fi nafsihi muqtarinun bizamanin” 
‘Verba: Sesuatu yang menunjukkan suatu makna yang terikat oleh waktu tertentu”
Definisi ini memberikan suatu gambaran bahwa satu hal yang dominan untuk membatasi sebuah verba adalah adanya keterikatan kata tersebut dengan waktu tertentu berkaitan dengan terjadinya peristiwa tersebut.
 ‘Ads (1991:12) memberikan definisi tentang verba sebagai berikut :
“Al-fi’l huwa kullu kalimatin tadullu ‘ala husulil ‘amalin fi zamanin mu’ayyanin”
‘Verba adalah setiap kata yang menunjukkan suatu perbuatan pada waktu tertentu’
Definisi ini memberikan pembatasan bahwa kata yang masuk dalam kelompok verba adalah kata yang mnunjukkan suatu perbuatan dan lebih spesifik lagi terjadi pada waktu tertentu.
 Dahdah (1987:113 ) memberikan definisi yang cukup singkat bahwa fi’l adalah “Kalimatun tadullu ‘ala mustaqillun bil fahmi wa al-zamanu juzun minhu”
‘Verba adalah sebuah kata yang menunjukkan sesuatu yang dapat dipahami dan waktu merupakan bagian dari pada kata tersebut’
Definisi ini juga menekankan adanya syarat adanya waktu untuk menentukan sebuah verba (fi’l).
 El-Qudsy (1994:21) secara singkat memberikan satu definisi bahwa verba adalah setiap kata yang menunjukkan arti pekerjaan. Meskipun dalam memberikan definisi ini el-Qudsy tidak memberikan batasan waktu, namun dalam pembagiannya dia tidak berbeda dengan tiga definisi terdahulu yang memandang verba mempunyai kaitan erat dengan waktu terjadinya.
 Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat diberikan satu pengertian bahwa verba dalam bahasa Arab disebut dengan fi’l. Fi’l adalah sebuah kata yang secara khusus menunjukkan suatu aktivitas tertentu dengan memperhatikan keterkaitannya dengan waktu. Permasalahan waktu ini perlu mendapatkan tekanan karena dalam bahasa Arab ada bentuk lain yang juga menunjukkan suatu perbuatan namun tidak terikat dengan waktu tertentu.
Ciri-Ciri Verba dalam Bahasa Arab
 Berdasarkan pengertian di atas, maka diperlukan pula ciri-ciri untuk menentukkan kategori sebuah kata. Ciri-ciri tersebut meliputi ciri morfologis, sintaksis, maupun secara semantis. Dalam menentukan sebuah verba diperlukan pula pemahaman tentang ciri-ciri yang membedakannya dengan bentuk kata yang lainnya.
Ciri Morfologis
 Ciri morfologis verba dilihat dari kondisi kata itu sendiri. Beberapa ciri morfologis yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi sebuah verba sebagai berikut:
Dapat bergabung dengan ta’ al-tanis al-sakinah dan al- ta’ al-mutaharrikah pada verba lampau (fi’l madi). Ta’ al-tanis al-sakinah menunjukkan orang ketiga tunggal untuk muannas adapun al- ta’ al-mutaharrikah adalah ta’ yang dapat menduduki posisi dammah, fathah, maupun kasrah. Perhatikan contoh berikut ini:
(1) Sami’tu min ummi qissatan tarifatan
 ‘aku telah mendengar cerita dari ibukku’
  (2) Katabat Zainabu al-risalata
 ‘Zainab telah menulis surat’
  Kedua kata yang bergaris bawah pada contoh di atas menunjukkan sebuah verba karena pada contoh (1) kata tersebut bersambung dengan al-ta’ al-mutaharrikah dan pada contoh (2) bersambung dengan ta’ tanis.
Berawalan dengan huruf-huruf mudara’ah yang berupa al-hamzah, al-nun, al-ya’, dan al-ta’. Untuk lebih jelasnya perhatikanlah contoh-contoh berikut ini:
(1) Asma’u kalama al-ustazi
  ‘Aku sedang mendengarkan perkataan ustadz’

(2) Wa hiya taktubu al-darsa 
  ‘Dan dia (pr) sedang menulis pelajaran
(3) Yata’allamu Muhammadun al-Faransiyah
  ‘Muhammad sedang belajar bahasa Perancis’
(4) Nakulu al-ruzza
  ‘Kami sedang makan nasi’
Tidak dapat bergabung deng “al”
1)Yaqrau Muhammadun al-kitaba
‘Muhammad membaca buku’
*(2) Al-yaqrau Muhammadun al-kitaba
Dapat bergabung dengan ya’ al-muannasah al-mukhatabah pada fi’l amr
1)Ijlisi ‘ala al-kursiyyi
‘Duduklah kamu (pr) di atas kursi’
Kata “ijlisi” merupakan kata kerja perintah untuk “anti” dari kata kerja perintah “ijlis” untuk “anta” dengan mendapatkan ya’ diakhirnya.  
Tidak dapat menerima tanwin
1)Taknusu al-khadimatu al-bilata
‘Pembantu itu menyapu lantai’
*(2) Taknusun al-khadimatu al-bilata
Ciri Sintaksis
 Ciri sintaksis verba dipandang dari hubungannya dengan unsur lain di dalam sebuah frase, klausa, ataupun kalimat. Ciri-ciri ini semakin memperjelas dan mempermudah proses identifikasi sebuah verba. Adapun ciri-ciri sintaksis verba sebagai berikut:
Menduduki fungsi predikat di dalam sebuah kalimat  
Verba baik di dalam kalimat nominal (al-jumlah al-ismiyyah dengan beberapa perbedaan yang khas) maupun kalimat verbal (al-jumlah al-fi’liyyah) selalu menduduki fungsi predikat. Perhatikan contoh berikut ini:
(1) Yasyrabu Muhammadun al-qahwata
(2) Muhammadun yasyrabu al-qahwata
Contoh (1) adalah contoh yang berupa al-jumlah al-fi’liyyah. Dalam kalimat ini verba “yasyrabu” menduduki fungsi predikat. Contoh (2) adalah bentuk al-jumlah al-ismiyyah. Pada bentuk ini verba “yasyrabu” juga menduduki fungsi predikat meskipun dilihat dari segi posisi/letak keduanya berbeda.  
Dapat didahului dengan “qad” ataupun “laqad”
(1) Qad akala muhammadun al-lahma
‘Muhammad sungguh telah makan daging’
  (2) Laqad ataina al-kitaba
‘Sungguh telah datang kepada kami kitab itu’
Dapat didahului dengan “al-sin” ataupun “saufa” pada fi’l mudari’ sebagai indikasi bahwa pekerjaan itu akan terjadi atau dilakukan pada waktu yang akan datang. Perhatikan contoh berikut ini:
(1) Sayazhabu abi ghaddan
‘Ayahku akan pergi besok’
(2) Saufa arji’u fi al-usbu’ al-ati
‘Aku akan pulang minggu depan’
Dapat didahului dengan “lam”, “lan”, dan “la” sebagai bentuk negatifnya. “Lam” digunakan untuk menunjukkan bentuk negatif pada fi’l mudari’ dan menunjukkan makna belum melakukan suatu pekerjaan. “Lan” bersambung dengan fi’l mudari’ dan menunjukkan suatu hal yang tidak akan pernah terjadi. Apabila “lam” tersebut menjazamkan fi’l mudari’, maka “lan” menasabkannya. Adapun “la” digunakan untuk menunjukkan negasi, namun tidak menyebabkan perubahan harakat akhir dari fi’l tersebut. Secara lebih jelas perhatikan contoh-contoh berikut ini:
1) Lam yazhab Muhammadun ila al-madarasati
 ‘Muhammad belum pergi ke sekolah’
2) Lan yanjah al-kaslanu fi al-imtihan
 ‘Tidak akan mungkin pemalas itu lulus ujian’
(3) La yasyrabu abi al-qahwata 
 ‘Ayahku tidak minum kopi’
2.2.3 Ciri Semantis
 Makna bukanlah sesuatu yang bersifat atomik, akan tetapi tersusun dari dua unsur pokok yaitu makna intern atau yang disebut dengan makna leksikal dan makna ekstern yang disebut dengan makna gramatikal. Demikian juga dengan verba. Pada satu sisi verba memiliki makna sendiri yang dapat diketahui dari kamus, namun pada sisi yang lain seringkali pemaknaannya tidak dapat dipisahkan dari struktur kalimatnya. Secara semantis makna yang menjadi sorotan utama adalah makna leksikal, adapun makna secara gramatikal akan dilakukan di dalam penelitian. Beberapa makna yang menunjukkan bentuk verba adalah:
1.Menunjukkan suatu bentuk aktivitas fisik
Contoh: ”Zahaba” arti pergi
2.Menunjukkan suatu kondisi perasaan
Contoh: “Hazina” arti sedih
3.Menunjukkan makna warna
Contoh: “Ahmara” arti memerah
4.Menunjukkan makna sifat
Contoh: “Hasuna” arti baik
5.Menunjukkan suatu proses perubahan
Contoh: “Sayara” arti menjadi

Pengertian dan Ciri Verba Transitif dalam Bahasa Arab
Penelitian tentang ketransitifan dalam bahasa Arab tidak dapat dipisahkan dari unsur utamanya yaitu verba. Verba berdasarkan ada tidaknya valensi yang menduduki fungsi obyek yang menyertainya dibagi menjadi dua; verba transitif atau dalam bahasa Arab dikenal dengan al-fi’l al-muta’ddi dan verba intransitif yang disebut dengan al-fi’l al-lazim. Dalam penelitian ini bagian yang menjadi perhatian utama adalah verba transitif dan untuk tidak mengacaukan pemahaman maka istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah istilah verba transitif. Verba transitif dalam bahasa Arab memiliki ciri utama yaitu dapat menerima damir “al-hau” yang kembali kepada obyeknya.  
 Verba transitif dalam bahasa Arab dapat digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan sudut pandang yang digunakan, baik berdasarkan pola ketransitifannya ataupun jumlah obyeknya. 
Pembagian verba transitif berdasarkan pola ketransitifannya
Berdasarkan pola ketransitifannya verba transitif dibagi menjadi dua yaitu:
a. Muta’addi binafsihi
Pola ketransitifan pada jenis ini langsung atau tanpa adanya unsur lain yang menyebabkan suatu verba menjadi transitif.
Contoh:
“Katabat Fatimatu al-darsa”
‘Fatimah menulis pelajaran’
Pada contoh di atas verba “katabat” secara leksikal untuk melengkapi maknanya diperlukan obyek yang menyertainya sehingga merupakan verba transitif yang disebut dengan muta’addi binafsihi.
b. Muta’addi bighairihi
Pola ketransitifan pada jenis ini memerlukan unsur pembantu yang membuat verba yang semula intransitif tersebut menjadi transitif. Pola ini merupakan pola khusus yang dimiliki oleh bahasa Arab. Dengan pola ini maka bentuk ism mansub bukan merupakan persyaratan mutlak dalam menentukan sebuah maf’ul bih atau obyek. Sistem i’rab mahalli dalam bahasa Arab dapat digunakan dalam kasus ini. Unsur yang digunakan dalam pola ini adalah harf al-jarr . Contoh berikut ini dapat digunakan untuk memperjelas:
“ Zahabtu bika”
‘Aku pergi bersamamu’
Bentuk di atas merupakan bentuk verba transitif dengan obyek “bika”. Secara leksikal verba “zahaba” tidak memerlukan obyek, namun karena bersambung dengan harf jarr “bi” maka menjadi verba transitif.
 Pembagian verba transitif berdasarkan jumlah obyek yang mengikutinya
a. Verba transitif memiliki satu obyek  
Sebagian besar verba transitif dalam bahasa Arab hanya memiliki atau membutuhkan satu obyek saja.
b. Verba transitif memiliki dua obyek
Ada sebagian verba transitif dalam bahasa Arab memiliki dua obyek. Sebagian obyek tidak berasal dari mubtada’ dan khabar, dan sebagian lain obyek tersebut berasal dari mubtada’ dan khabar. Adapun jenis verba yang memiliki obyek berasal dari mubtada’ dan khabar ini meliputi:
Af’al qulub yaitu verba yang berkaitan dengan perasaan. Verba ini terbagi dua juga yaitu:
Af’al yaqin yang menunjukkan keyakinan seperti “ra’a, wajada, ta’allama
Af’al az-zann yang mengandung makna dugaan seperti “zann, khala, hasiba”.
Af’al al-Tahwil yaitu verba yang memmpunyai makna menjadikan, mengubah dan membuat seperti “ja’ala, sayyara, dan ittakhza”Verba transitif yang memiliki tiga obyek
Ada sebagian verba transitif yang memiliki tiga obyek dan ini hanya sedikit jumlahnya.. Verba yang masuk dalam kelompok ini adalah: “ara, a’lama, anbaa, nabbaa, akhbara, khabbara”.
Pembentukan Verba Transitif 
Verba intransitif dalam bahasa Arab dapat dibentuk menjadi verba transitif dengan beberapa cara sebagai berikut:
1.Menambahkan hamzah ta’diyyah pada sulasi mujarradnya
Contoh: “Zahaqa” berarti lenyap menjadi “azhaqa “berarti melenyapkan
2.Mentad’ifkan ‘ain fi’l pada verba transitifnya
Contoh: “yasara” berarti mudah menjadi “yassara” berarti memudahkan
3.Menambahkan huruf alif setelah fa fi’l sehingga berwazan “fa’ala” 
Contoh: “jalastu” berarti saya duduk menjadi “jalastu” berarti mendudukkan
4.Menambahkan alif, sin, dan ta’ pada verba transitif sehingga berwazan “istaf’ala” 
Contoh: “salima” berari selamat menjadi “istaslama” yang berarti meminta keselamatan.
5.Menambahkan harf jarr pada verba transitif
Contoh: “ja’a” berarti datang menjadi “jaa bi” berarti datang dengan membawa.
Beberapa bentuk perubahan verba dari intransitif menjadi transitif tersebut memudahkan orang untuk membuat kalimat. Untuk mengetahui perubahan tersebut, selain harus memilki ilmu sarf juga harus secara aktif membuka kamus. Hal ini diperlukan karena tidak semua verba intransitif dapat diubah menjadi verba transitif dengan bentuk-bentuk di atas secara keseluruhan, namun ada beberapa bentuk verba yang perubahan wazannya harus dilihat di dalam kamus. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar