Rabu, 03 Juni 2009

BAHASA ARAB

Pengantar
Arti menurut bahasa:  
لغا - يلغو - لغة = تكلّم
Arti menurut istilah:
 Menurut Al- Gulayaini dalam الدروس العربية
اللغة هى ألفاظ يعبر بها كل قوم عن مقاصدهم (ص. 5)
‘Bahasa adalah kata-kata yang digunakan oleh tiap-tiap bangsa, suku bangsa atau orang untuk menjelaskan maksud-maksud yang terkandung dalam hati mereka.’
 Menurut Muhammad Syafiq ‘Azbal dalam الموسوعة العربية الميسرة (ص. 1557)
اللغة هى وسيلة الاتصال بين البشرين فى شكل أصوات منظمة وهى السمة الفريدة التى يتميز بها الجنس البشرى.
‘Bahasa adalah alat komunikasi antar sesama manusia dalam bentuk suara yang teratur, dan merupakan kekhususan yang membedakan manusia (dari lainnya).’
Menurut Majdi Wahbah dan Kamil al-Muhandis dalam
معجم المصطلحات العربية فى اللغة والأدب (ص. 318)
اللغة كل وسيلة لتبادل المشاعر والأفكار كالإشارة والأصوات والألفاظ.
‘Bahasa adalah tiap-tiap media untuk bertukar perasaan dan pikiran seperti isyarat, suara, dan ucapan.’
Menurut Ronald Wardhaugh dalam A Chaedar Al Wasilah (1983:75):
‘Language is a system of arbitrary vocal symbols used for human communication.’


Menurut Dr. M. Ali Al- Khuli (1982:142):
اللغة نظام صوتى أساسا يتكون من رموز اعتباطية يستعمله أفراد وجماعة ما لتبادل الأفكار والمشاعر.
‘Bahasa adalah sistem yang berdasarkan bunyi yang terdiri dari lambang-lambang yang arbitrer yang digunakan oleh anggota kelompok mana saja untuk saling tukar-menukar pikiran dan perasaan.’
Menurut Mary Finochiaro dalam A Chaedar Al Wasilah (1983:75):
‘Language is a system vocal symbols which permits all people in a given culture, or other people who have leared the system of that culture, to comminicate or to interact.’
‘Bahasa adalah suatu sistem lambang ucapan yang arbitrair yang memungkinkan semua orang dalam suatu budaya tertentu atau orang lain yang telah mempelajari sistem budaya tersebut berkomunikasi atau berinteraksi.’
Menurut Harimurti Kridalaksana dalam Kamus Linguistik (1982:17)
‘Bahasa adalah sistem lambang yang arbitrair yang dipergunakan oleh suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.’
Hakikat Bahasa
Dari beberapa definisi tersebut dapat diketahui hakihat bahasa yang terkandung di dalamnya, yaitu: (lihat A Chaedar Al-Wasilah, 1983:75-78)
1. Bahasa itu sistematik, bahasa mempunyai sistem yang berupa aturan. 
2. Bahasa itu simbol/lambang, bahasa merupakan simbol perasaan, pikiran, keinginan, dan harapan.
3. Bahasa itu vokal/ucapan, media bahasa yang terpenting adalah ucapan/bunyi walau bagaimana pun sempurna dan modernnya media tulisan.
1. Bahasa itu arbitrer* (manasuka), yang berarti selected at randoms and without reason (dipilih secara acak dan tanpa alasan).
2. Bahasa itu komunikasi, bahasa merupakan alat komunikasi dan interaksi masyarakat.
3. Bahasa itu manusiawi, bahasa merupakan kekayaan yang dimiliki umat manusia.

Asal Usul Bahasa
Adam sebagai manusia pertama dianugerahi langue (konsep kebahasaan) dan competence (kemampuan berbahasa), kemudian dengan hal itu dia dan keturunannya mampu mengonsepkan alam sekitar yang dinyatakannya dengan ucapan/tulisan.

Ucapan Berbeda, Maksud Sama
Di dunia terdapat bermacam bangsa, karena itu bahasa juga bermacam-macam. Ucapan bahasa-bahasa itu berbeda, namun maksudnya sama. 
Contoh: *أحب اللغة العربية 
I love Arabic.
Saya mencintai bahasa Arab.

Bahasa arab

Menurut Al-Gulayaini dalam الدروس العربية:
اللغة العربية هى الكلمات التى كان يعبر بها العرب عن أغراضهم (ص. 5)
‘Bahasa Arab adalah kata-kata yang digunakan oleh bangsa Arab untuk menjelaskan maksud-maksud yang terkandung dalam hati mereka.’
Bahasa Arab termasuk kelompok bahasa Samiyyah (The Semitic group of language). Nama Samiyyah/Semit dinisbahkan kepada Sam bin Nuh alaihis salaam.
Kekhususan yang dimiliki bahasa Arab adalah:
1.Kebanyakan akar kata bahasa Arab terdiri dari tiga huruf konsonan (triliteral roots) seperti كتب، قرأ 
2.Al-i’rab/Declension, yaitu perubahan bunyi akhir kata setelah tersusun dalam kalimat. Contoh: مررت بطالبٍ، رأيت طالباً، جاء طالبٌ
3.Harf الضاد hanya ada dalam bahasa Arab, oleh karena itu bahasa tersebut diberi nama لغة الضاد.

Dilihat dari segi penggunaannya, bahasa Arab ada dua macam:
عامية (‘Aamiyyah), yaitu bahasa yang dipergunakan untuk percakapan sehari-hari, seperti dalam jual beli. Contoh: من إين؟ وين السوق؟ ِتمشى على اليمين.
فصحى (Fushha), yaitu bahasa resmi/baku yang dipergunakan untuk satra dan pelajaran.

Ilmu-ilmu Bahasa Arab (العلوم العربية)
Bahasa Arab pada masa jahiliyyah, Rasulullah SAW, khulafaur Rasyidin, dan Daulah Bani Umayyah dapat bertahan dengan kuat dari pengaruh bahasa asing. Hal itu karena baik para pemimpin maupun umumnya bangsa Arab selalu menjaga kefasihan dan kemurnian bahasa Arab. Akan tetapi sejak berdirinya Daulah Abbasiyyah (132-656 H/749-1258 H), kemurnian bahasa Arab mulai goyah karena orang-orang Persia yang menopang daulah ini makin lama makin bertambah pengaruh dan peranannya.
Keadaan seperti itu menimbulkan bangkitnya kesadaran para ahli bahasa Arab untuk menyusun kaidah-kaidah bahasa Arab. Usaha tersebut menyebabkan timbulnya bermacam-macam ilmu tentang bahasa Arab atau العلوم العربية.
Dengan demikian العلوم العربية adalah semua ilmu tentang hal bahasa Arab yang gunanya untuk menjaga ucapan maupun tulisan dari kesalahan, misalnya الصرف dan النحو .
Morfologi dan Sintaksis 
Keadaan kata-kata dalam bahasa Arab ada dua macam, yaitu menyendiri atau tersusun dalam kalimat. Apabila kata-kata dalam keadaan menyendiri, kita harus memperhatikan tentang benar atau rusaknya, sesuai dengan maksud yang kita kehendaki atau tidak, dan sesuai dengan wazannya atau tidak. Kata-kata seperti itu menjadi objek علم الصرف atau علم المفردات (morfologi). Contoh: أَكرم ------ hamzah difathah mengikuti wazan أفعل
إِكرام ------ hamzah dikasrah mengikuti wazan إِفعال
Menurut Al Khuli (1982:175-176):
علم الصرف فرع من علم القواعد يبحث فى تركيب الكلمات من حيث السوابق واللواحق والدواخل والجذور.
‘Morfologi adalah cabang ilmu tata bahasa yang membahas susunan kata dari segi prefiks ( سابقة ), suffiks ( لاحقة ), infiks ( داخلة ), dan akar kata/root ( جذر ).
Pengertian الصرف (As Sarf) 
Arti menurut bahasa- صرفا صرف - يصِرف ‘perubahan/pergeseran’ 
Arti menurut istilah:
Menurut Al Gulayaini dalam الدروس العربية 
الصرف هو القواعد التى تعرفنا كيف ينبغى أن تكون الكلمات قبل التركيب (ص. 6)  
‘Saraf adalah kaidah-kaidah yang menjelaskan kepada kita tentang bagaimana seharusnya keadaan kata-kata sebelum tersusun dalam kalimat.’
Menurut Ad-Dahdah dalam معجم قواعد اللغة العربية
الصرف يبحث فى الكلمة قبل أن تدخل فى التركيب (ص. 3)
‘Saraf adalah ilmu yang membahas kata-kata sebelum tersusun dalam kalimat.’
Menurut Harimurti Kridalaksana (1982:111)
‘Morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya.’
Morfem menurut محمد على الخولى dalam معجم علم اللغة النظرى 
مورفيم وحدة لغوية مجردة ذات معنى  
‘Morfem adalah satuan bentuk bahasa terkecil yang mempunyai arti.’
Contoh: نصر satu morfemينصر dua morfemينصرك tiga morfem 
Asal Mula الصرف
 Pada asalnya علم الصرف ini disebut علم القواعد sebagaimana tampak pada kitab إمام سيبويه. Kemudian أبو مسلم معاذ الهزاء (seorang tokoh ulama Kufah) menjadi orang yang pertama kali mengkhususkan pembahasan dan menyusun علم الصرف dengan membuat banyak latihan tasrif.
Faidah Mempelajari علم الصرف
1.Mempermudah penguasaan bahasa Arab, karena dengan mengetahui satu akar kata akan diketahui berpuluh-puluh kata yang berasal dari akar kata yang sama.
2.Memelihara dari kesalahan dalam membentuk kata.
3.Mempercepat dalam mencari arti maupun bentuk kata dalam kamus.
Dr. Kamal Muhammad Bisyr menyatakan bahwa menurut pengertian Linguistik Modern, علم الصرف /Morfologi membahas pokok-pokok bahasan yang berkaitan dengan perubahan bentuk kata ke bentuk yang bermacam-macam untuk berbagai macam, sedang menurut علم الصرف tradisional (antara lain أشمونى dan خضرى) hal itu meliputi dua hal: pertama, perubahan kata ke bentuk yang berbeda untuk bermacam pengertian, seperti: اسم الفاعل، تصغير، نسبة، جمع، تشبيه. Kedua, perubahan kata ke bentuk-bentuk lain untuk tujuan bukan pengertian, seperti إعلال dan إدغام
B. Apabila kata-kata dalam keadaan tersusun dalam kalimat, keadaan akhir kata harus sesuai dengan kaidah bahasa Arab baik dalam kasus رفع , نصب , جرّ , جزم atau tetap dalam satu bentuk/tidak mengalami perubahan. Keadaan semacam itu menjadi objek علم النحو atau disebut juga علم المركبات , علم التركيب , dan علم التنظيم /sintaksis.
Contoh:
فاعل اسم مرفوع ---- جاء محمد
مفعول به اسم منصوب ---- رأيت محمدا 
حرف الجر اسم مجرور ---- مررت بزيد
حرف الجزم فعل مجزوم ---- لم يكتب
Pengertian النحو
Arti menurut bahasa نحا - ينحو - نحوا : قصد ‘menuju kepada’ النحو ‘mengikuti jejak’.
Arti menurut istilah:
Menurut Al-Gulayaini dalam الدروس العربية  
النحو هو القواعد التى تعرفنا كيف ينبغى أن تكون أواخر الكلمة بعد التركيب. (ص. 7)
‘Nahwu adalah kaidah-kaidah yang menjelaskan kepada kita tentang bagaimana seharusnya keadaan akhir kata sesudah tersusun dalam kalimat’.
Menurut Al Khuli (1982:279) 
علم النحو دراسة ترتيب الكلمات والعبارات والجميلات داخل الجملة والعلاقات النحوية بينها. 
‘Sintaksis adalah ilmu tentang susunan kata, frasa, dan klausa yang ada di dalam kalimat serta hubungan kenahwuan antara satu dengan yang lainnya.’
Menurut Ad-Dahdah dalam معجم قواعد اللغة العربية  
النحو يبحث فى الكلمة عندما تدخل فى التركيب (ص. )
‘Nahwu adalah ilmu yang membahas kata-kata sesudah tersusun dalam kalimat.’
Menurut Harimurti Kridalaksana (1982:154) 
‘Sintaksis adalah cabang linguistik yang mempelajari pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-saatuan yang lebih besar, atau antara satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa.’
علم النحو timbul sejak terjadinya kejanggalan-kejanggalan dalam ucapan umat Islam, karena saat itu orang Arab bercampur dengan bukan Arab.

Contoh:
Ada orang membaca surat البراءة:3 di hadapan khalifah Umar bin Khattab
أن الله بريء من المشركين ورسوله
kata ورسوله dibaca jarr, padahal seharusnya rafa’. 
Pada waktu Abu al Awad ad-Duali datang ke rumah putrinya saat cuaca panas, putrinya berkata: يا أبت ما أشدُّ الحر
Karena أشدُّ dibaca rafa’, maka sang ayah mengira putrinya bertanya, bukan heran (“alangkah panasnya!”).
Perintis ilmu nahwu adalah: ‘Ali bin Abi Thalib (wafat 40 H), Abul Aswad Ad-Duali (wafat 69 H), Nashr bin ‘Ashim (wafat 89 H), dan Abdurrahman bin Hurmuz (wafat 117).
Faidah mempelajari علم النحو  
1.Mempermudah penguasaan bahasa Arab, karena dengan memahami I’rab akan meningkatkan ketrampilan membaca, menyusun maupun berbicara dalam bahasa Arab.

2.Memelihara kita dari kesalahan dalam membentuk kalimat bahasa Arab.

sumber

modul morfologi sastra arab ugm

oleh: Drs. Mudjeri

VERBA DALAM BAHASA ARAB

Pengertian Verba
 Pembahasan tentang ketransitifan tidak dapat dipisahkan dengan pembahasan verba dalam tataran morfologis. Untuk mendapatkan satu pengertian yang utuh dari verba tersebut perlu diberikan penjelasan yang mendetail tentang verba, baik pengertian, ciri-ciri, maupun klasifikasi verba tersebut dalam berbagai kondisi. Verba merupakan komponen bahasa yang universal dalam artian semua bahasa di dunia memiliki kategori kata ini. Dalam kajian lingusitik Arab ada beberapa definisi yang memberikan batasan tentang verba atau disebut juga dengan fi’l tersebut.
 Al-Ghulayaini (1986:11) salah seorang linguis Arab menyebutkan bahwa:
“Al-fi’l: Ma dalla ‘ala ma’nan fi nafsihi muqtarinun bizamanin” 
‘Verba: Sesuatu yang menunjukkan suatu makna yang terikat oleh waktu tertentu”
Definisi ini memberikan suatu gambaran bahwa satu hal yang dominan untuk membatasi sebuah verba adalah adanya keterikatan kata tersebut dengan waktu tertentu berkaitan dengan terjadinya peristiwa tersebut.
 ‘Ads (1991:12) memberikan definisi tentang verba sebagai berikut :
“Al-fi’l huwa kullu kalimatin tadullu ‘ala husulil ‘amalin fi zamanin mu’ayyanin”
‘Verba adalah setiap kata yang menunjukkan suatu perbuatan pada waktu tertentu’
Definisi ini memberikan pembatasan bahwa kata yang masuk dalam kelompok verba adalah kata yang mnunjukkan suatu perbuatan dan lebih spesifik lagi terjadi pada waktu tertentu.
 Dahdah (1987:113 ) memberikan definisi yang cukup singkat bahwa fi’l adalah “Kalimatun tadullu ‘ala mustaqillun bil fahmi wa al-zamanu juzun minhu”
‘Verba adalah sebuah kata yang menunjukkan sesuatu yang dapat dipahami dan waktu merupakan bagian dari pada kata tersebut’
Definisi ini juga menekankan adanya syarat adanya waktu untuk menentukan sebuah verba (fi’l).
 El-Qudsy (1994:21) secara singkat memberikan satu definisi bahwa verba adalah setiap kata yang menunjukkan arti pekerjaan. Meskipun dalam memberikan definisi ini el-Qudsy tidak memberikan batasan waktu, namun dalam pembagiannya dia tidak berbeda dengan tiga definisi terdahulu yang memandang verba mempunyai kaitan erat dengan waktu terjadinya.
 Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat diberikan satu pengertian bahwa verba dalam bahasa Arab disebut dengan fi’l. Fi’l adalah sebuah kata yang secara khusus menunjukkan suatu aktivitas tertentu dengan memperhatikan keterkaitannya dengan waktu. Permasalahan waktu ini perlu mendapatkan tekanan karena dalam bahasa Arab ada bentuk lain yang juga menunjukkan suatu perbuatan namun tidak terikat dengan waktu tertentu.
Ciri-Ciri Verba dalam Bahasa Arab
 Berdasarkan pengertian di atas, maka diperlukan pula ciri-ciri untuk menentukkan kategori sebuah kata. Ciri-ciri tersebut meliputi ciri morfologis, sintaksis, maupun secara semantis. Dalam menentukan sebuah verba diperlukan pula pemahaman tentang ciri-ciri yang membedakannya dengan bentuk kata yang lainnya.
Ciri Morfologis
 Ciri morfologis verba dilihat dari kondisi kata itu sendiri. Beberapa ciri morfologis yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi sebuah verba sebagai berikut:
Dapat bergabung dengan ta’ al-tanis al-sakinah dan al- ta’ al-mutaharrikah pada verba lampau (fi’l madi). Ta’ al-tanis al-sakinah menunjukkan orang ketiga tunggal untuk muannas adapun al- ta’ al-mutaharrikah adalah ta’ yang dapat menduduki posisi dammah, fathah, maupun kasrah. Perhatikan contoh berikut ini:
(1) Sami’tu min ummi qissatan tarifatan
 ‘aku telah mendengar cerita dari ibukku’
  (2) Katabat Zainabu al-risalata
 ‘Zainab telah menulis surat’
  Kedua kata yang bergaris bawah pada contoh di atas menunjukkan sebuah verba karena pada contoh (1) kata tersebut bersambung dengan al-ta’ al-mutaharrikah dan pada contoh (2) bersambung dengan ta’ tanis.
Berawalan dengan huruf-huruf mudara’ah yang berupa al-hamzah, al-nun, al-ya’, dan al-ta’. Untuk lebih jelasnya perhatikanlah contoh-contoh berikut ini:
(1) Asma’u kalama al-ustazi
  ‘Aku sedang mendengarkan perkataan ustadz’

(2) Wa hiya taktubu al-darsa 
  ‘Dan dia (pr) sedang menulis pelajaran
(3) Yata’allamu Muhammadun al-Faransiyah
  ‘Muhammad sedang belajar bahasa Perancis’
(4) Nakulu al-ruzza
  ‘Kami sedang makan nasi’
Tidak dapat bergabung deng “al”
1)Yaqrau Muhammadun al-kitaba
‘Muhammad membaca buku’
*(2) Al-yaqrau Muhammadun al-kitaba
Dapat bergabung dengan ya’ al-muannasah al-mukhatabah pada fi’l amr
1)Ijlisi ‘ala al-kursiyyi
‘Duduklah kamu (pr) di atas kursi’
Kata “ijlisi” merupakan kata kerja perintah untuk “anti” dari kata kerja perintah “ijlis” untuk “anta” dengan mendapatkan ya’ diakhirnya.  
Tidak dapat menerima tanwin
1)Taknusu al-khadimatu al-bilata
‘Pembantu itu menyapu lantai’
*(2) Taknusun al-khadimatu al-bilata
Ciri Sintaksis
 Ciri sintaksis verba dipandang dari hubungannya dengan unsur lain di dalam sebuah frase, klausa, ataupun kalimat. Ciri-ciri ini semakin memperjelas dan mempermudah proses identifikasi sebuah verba. Adapun ciri-ciri sintaksis verba sebagai berikut:
Menduduki fungsi predikat di dalam sebuah kalimat  
Verba baik di dalam kalimat nominal (al-jumlah al-ismiyyah dengan beberapa perbedaan yang khas) maupun kalimat verbal (al-jumlah al-fi’liyyah) selalu menduduki fungsi predikat. Perhatikan contoh berikut ini:
(1) Yasyrabu Muhammadun al-qahwata
(2) Muhammadun yasyrabu al-qahwata
Contoh (1) adalah contoh yang berupa al-jumlah al-fi’liyyah. Dalam kalimat ini verba “yasyrabu” menduduki fungsi predikat. Contoh (2) adalah bentuk al-jumlah al-ismiyyah. Pada bentuk ini verba “yasyrabu” juga menduduki fungsi predikat meskipun dilihat dari segi posisi/letak keduanya berbeda.  
Dapat didahului dengan “qad” ataupun “laqad”
(1) Qad akala muhammadun al-lahma
‘Muhammad sungguh telah makan daging’
  (2) Laqad ataina al-kitaba
‘Sungguh telah datang kepada kami kitab itu’
Dapat didahului dengan “al-sin” ataupun “saufa” pada fi’l mudari’ sebagai indikasi bahwa pekerjaan itu akan terjadi atau dilakukan pada waktu yang akan datang. Perhatikan contoh berikut ini:
(1) Sayazhabu abi ghaddan
‘Ayahku akan pergi besok’
(2) Saufa arji’u fi al-usbu’ al-ati
‘Aku akan pulang minggu depan’
Dapat didahului dengan “lam”, “lan”, dan “la” sebagai bentuk negatifnya. “Lam” digunakan untuk menunjukkan bentuk negatif pada fi’l mudari’ dan menunjukkan makna belum melakukan suatu pekerjaan. “Lan” bersambung dengan fi’l mudari’ dan menunjukkan suatu hal yang tidak akan pernah terjadi. Apabila “lam” tersebut menjazamkan fi’l mudari’, maka “lan” menasabkannya. Adapun “la” digunakan untuk menunjukkan negasi, namun tidak menyebabkan perubahan harakat akhir dari fi’l tersebut. Secara lebih jelas perhatikan contoh-contoh berikut ini:
1) Lam yazhab Muhammadun ila al-madarasati
 ‘Muhammad belum pergi ke sekolah’
2) Lan yanjah al-kaslanu fi al-imtihan
 ‘Tidak akan mungkin pemalas itu lulus ujian’
(3) La yasyrabu abi al-qahwata 
 ‘Ayahku tidak minum kopi’
2.2.3 Ciri Semantis
 Makna bukanlah sesuatu yang bersifat atomik, akan tetapi tersusun dari dua unsur pokok yaitu makna intern atau yang disebut dengan makna leksikal dan makna ekstern yang disebut dengan makna gramatikal. Demikian juga dengan verba. Pada satu sisi verba memiliki makna sendiri yang dapat diketahui dari kamus, namun pada sisi yang lain seringkali pemaknaannya tidak dapat dipisahkan dari struktur kalimatnya. Secara semantis makna yang menjadi sorotan utama adalah makna leksikal, adapun makna secara gramatikal akan dilakukan di dalam penelitian. Beberapa makna yang menunjukkan bentuk verba adalah:
1.Menunjukkan suatu bentuk aktivitas fisik
Contoh: ”Zahaba” arti pergi
2.Menunjukkan suatu kondisi perasaan
Contoh: “Hazina” arti sedih
3.Menunjukkan makna warna
Contoh: “Ahmara” arti memerah
4.Menunjukkan makna sifat
Contoh: “Hasuna” arti baik
5.Menunjukkan suatu proses perubahan
Contoh: “Sayara” arti menjadi

Pengertian dan Ciri Verba Transitif dalam Bahasa Arab
Penelitian tentang ketransitifan dalam bahasa Arab tidak dapat dipisahkan dari unsur utamanya yaitu verba. Verba berdasarkan ada tidaknya valensi yang menduduki fungsi obyek yang menyertainya dibagi menjadi dua; verba transitif atau dalam bahasa Arab dikenal dengan al-fi’l al-muta’ddi dan verba intransitif yang disebut dengan al-fi’l al-lazim. Dalam penelitian ini bagian yang menjadi perhatian utama adalah verba transitif dan untuk tidak mengacaukan pemahaman maka istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah istilah verba transitif. Verba transitif dalam bahasa Arab memiliki ciri utama yaitu dapat menerima damir “al-hau” yang kembali kepada obyeknya.  
 Verba transitif dalam bahasa Arab dapat digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan sudut pandang yang digunakan, baik berdasarkan pola ketransitifannya ataupun jumlah obyeknya. 
Pembagian verba transitif berdasarkan pola ketransitifannya
Berdasarkan pola ketransitifannya verba transitif dibagi menjadi dua yaitu:
a. Muta’addi binafsihi
Pola ketransitifan pada jenis ini langsung atau tanpa adanya unsur lain yang menyebabkan suatu verba menjadi transitif.
Contoh:
“Katabat Fatimatu al-darsa”
‘Fatimah menulis pelajaran’
Pada contoh di atas verba “katabat” secara leksikal untuk melengkapi maknanya diperlukan obyek yang menyertainya sehingga merupakan verba transitif yang disebut dengan muta’addi binafsihi.
b. Muta’addi bighairihi
Pola ketransitifan pada jenis ini memerlukan unsur pembantu yang membuat verba yang semula intransitif tersebut menjadi transitif. Pola ini merupakan pola khusus yang dimiliki oleh bahasa Arab. Dengan pola ini maka bentuk ism mansub bukan merupakan persyaratan mutlak dalam menentukan sebuah maf’ul bih atau obyek. Sistem i’rab mahalli dalam bahasa Arab dapat digunakan dalam kasus ini. Unsur yang digunakan dalam pola ini adalah harf al-jarr . Contoh berikut ini dapat digunakan untuk memperjelas:
“ Zahabtu bika”
‘Aku pergi bersamamu’
Bentuk di atas merupakan bentuk verba transitif dengan obyek “bika”. Secara leksikal verba “zahaba” tidak memerlukan obyek, namun karena bersambung dengan harf jarr “bi” maka menjadi verba transitif.
 Pembagian verba transitif berdasarkan jumlah obyek yang mengikutinya
a. Verba transitif memiliki satu obyek  
Sebagian besar verba transitif dalam bahasa Arab hanya memiliki atau membutuhkan satu obyek saja.
b. Verba transitif memiliki dua obyek
Ada sebagian verba transitif dalam bahasa Arab memiliki dua obyek. Sebagian obyek tidak berasal dari mubtada’ dan khabar, dan sebagian lain obyek tersebut berasal dari mubtada’ dan khabar. Adapun jenis verba yang memiliki obyek berasal dari mubtada’ dan khabar ini meliputi:
Af’al qulub yaitu verba yang berkaitan dengan perasaan. Verba ini terbagi dua juga yaitu:
Af’al yaqin yang menunjukkan keyakinan seperti “ra’a, wajada, ta’allama
Af’al az-zann yang mengandung makna dugaan seperti “zann, khala, hasiba”.
Af’al al-Tahwil yaitu verba yang memmpunyai makna menjadikan, mengubah dan membuat seperti “ja’ala, sayyara, dan ittakhza”Verba transitif yang memiliki tiga obyek
Ada sebagian verba transitif yang memiliki tiga obyek dan ini hanya sedikit jumlahnya.. Verba yang masuk dalam kelompok ini adalah: “ara, a’lama, anbaa, nabbaa, akhbara, khabbara”.
Pembentukan Verba Transitif 
Verba intransitif dalam bahasa Arab dapat dibentuk menjadi verba transitif dengan beberapa cara sebagai berikut:
1.Menambahkan hamzah ta’diyyah pada sulasi mujarradnya
Contoh: “Zahaqa” berarti lenyap menjadi “azhaqa “berarti melenyapkan
2.Mentad’ifkan ‘ain fi’l pada verba transitifnya
Contoh: “yasara” berarti mudah menjadi “yassara” berarti memudahkan
3.Menambahkan huruf alif setelah fa fi’l sehingga berwazan “fa’ala” 
Contoh: “jalastu” berarti saya duduk menjadi “jalastu” berarti mendudukkan
4.Menambahkan alif, sin, dan ta’ pada verba transitif sehingga berwazan “istaf’ala” 
Contoh: “salima” berari selamat menjadi “istaslama” yang berarti meminta keselamatan.
5.Menambahkan harf jarr pada verba transitif
Contoh: “ja’a” berarti datang menjadi “jaa bi” berarti datang dengan membawa.
Beberapa bentuk perubahan verba dari intransitif menjadi transitif tersebut memudahkan orang untuk membuat kalimat. Untuk mengetahui perubahan tersebut, selain harus memilki ilmu sarf juga harus secara aktif membuka kamus. Hal ini diperlukan karena tidak semua verba intransitif dapat diubah menjadi verba transitif dengan bentuk-bentuk di atas secara keseluruhan, namun ada beberapa bentuk verba yang perubahan wazannya harus dilihat di dalam kamus. 

BUNYI BAHASA DALAM BAHASA ARAB

 Setiap bahasa mempunyai bunyi-bunyi bahasa yang sangat spesifik. Dikatakan spesifik karena bunyi bahasa yang ada dalam suatu bahasa belum tentu dikenal dalam bahasa lain. Oleh karena itu, ada kecenderungan bahwa bunyi bahasa yang tidak dikenal dalam suatu bahasa oleh bahasa tertentu akan disesuaikan dengan bunyi bahasa yang dekat dengan bahasanya (Jawat, 1999: 45). 
Bahasa Arab mempunyai bunyi-bunyi bahasa yang spesifik. Bunyi-bunyi bahasa dalam bahasa Arab itulah yang membedakan antara bangsa Arab dengan bangsa yang lain. Salah satu bunyi bahasa yang menjadi ciri khas dan dimiliki oleh bangsa Arab adalah bunyi [D] (ض) ‘Dat’. Oleh karena itu, bangsa Arab dikenal dengan bangsa yang berbahasa ‘Dat”. 
Bunyi bahasa yang dikenal dalam bahasa Arab dibagi menjadi tiga macam, yaitu: bunyi vokal, diftong, dan bunyi konsonan. Berikut ini akan dipaparkan bunyi vokal dan konsonan dalam bahasa Arab.

2.1 Bunyi Vokal dan Diftong
  Bahasa Arab mengenal tiga buah bunyi vokal, yaitu: [a] yang dilambangkan dengan harakat fathah ( َ ) [i] yang dilambangkan dengan harakat kasrah (ِ ) , dan [u] yang dilambangkan dengan harakat (ُ ) . Di samping itu, dalam bahasa Arab juga dikenal tiga bunyi panjang, yaitu: [â] yang dilambangkan dengan harakat fathah dan huruf alif (َ ا ) , [î] yang dilambangkan dengan harakat kasrah dan huruf ya (ِ ي) , dan [û] yang dilambangkan dengan harakat dammah dan huruf wau (ُ و ) .
  Di samping mengenal bunyi vokal, bahasa Arab juga mengenal bunyi diftong, yaitu [ai] yang dilambangkan dengan harakat fathah dan huruf ya ( يْ ) dan [au] yang dilambangkan dengan dengan harakat fathah dan huruf wau (َوْ ).  

2.2 Bunyi Konsonan
  Bunyi konsonan yang dikenal dalam bahasa Arab sebanyak 28 macam, yaitu seperti yang ada dalam bagan 1 berikut ini.


Bagan 1
Nama Huruf
Huruf Arab
Transkripsi fonetis
alif/hamzah
ا/ء

ba’
ب
b
ta’
ت
t
sa’
ث
q
jim
ج
j
ha
ح
h
kha
خ
x
dal
د
d
zal
ذ
0
ra
ر
r
za
ز
z
sin
س
s
syin
ش

sad
ص
s
dad
ض
d
ta
ط
t
za
ظ
z

ع

gin
غ
g
fa
ف
f
qaf
ق
q
kaf
ك
k
lam
ل
l
mim
م
m
nun
ن
n
ha
ه
h
wau
و
w
ya
ي
y



3. Penentuan Bunyi Bahasa sebagai Fonem dalam Bahasa Arab
 Ada dua cara yang digunakan untuk menentukan bunyi-bunyi bahasa dalam suatu bahasa sebagai fonem, yaitu: (1) dengan pasangan minimal dan (2) distribusi bunyi-bunyi tersebut. Pasangan minimal adalah seperangkat kata yang sama, tetapi hanya satu bunyi saja yang berbeda dalam lingkungan yang sama. Sebagai contoh dalam bahasa Arab dapat diberikan, misalnya: حجر ‘batu’ dan شجر ‘pohon’, قلب ‘hati’ dan كلب ‘anjing’, جميل’bagus’ dan زميل ‘teman’ . Berdasarkan contoh-contoh tersebut dapatlah diketahui bahwa [x] dan [s] merupakan dua bunyi yang berbeda karena kedua bunyi tersebut dapat membedakan makna kata. Demikian pula dengan [q] dan [k] serta [j] dan [z], dikatakan fonem yang berbeda karena masing-masing bunyi tersebut dapat menduduki fungsinya sebagai pembeda makna kata. Dengan demikian, [x] dan [s], [q] dan [k] serta [j] dan [z], dikatakan sebagai bunyi-bunyi yang fungsional karena dapat membedakan makna kata. Oleh karena itu, dapatlah dikatakan bahwa /x/ dan /s/ sebagai dua fonem yang berbeda. 
 Distribusi fonem adalah posisi yang dapat diduduki oleh suatu fonem dalam suatu kata. Berdasarkan distribusinya dapat diketahui apakah suatu fonem dapat berada pada posisi awal, tengah, dan akhir kata. Berikut ini pada bagan 2 akan dipaparkan distribusi fonem dalam bahasa Arab.


Bagan 2
No.
Fonem
Transkripsi Fonetis
Posisi Awal
Posisi Tengah
Posisi Akhir
1
َ
a
-
سأل
قرأ
2
ِ
i
-
سئل
من البيت
3
ُ
u
-
حسن
المدرسة
4
َ ا
â
-
قرآن
سألا
5
ِيْ
î
-
شديد
اكتبي
6
ُوْ
û
-
حدود
اعلموا





Bagan 3
No.
Fonem
Transkripsi fonetis
Posisi Awal
Posisi Tengah
Posisi Akhir
1
ء/ا

أستاذ
سأل
بدأ
2
ب
b
بنت
لبس
طلب
3
ت
t
تلميذ
فتح
ست
4
ث
q
ثقب
نثر
ثلاث
5
ج
j
جميل
حجر
ثلج
6
ح
h
حميل
تحت
صباح
7
خ
x
خرج
فخر
طبخ
8
د
d
دفع
بدر
بلد
9
ذ
0
ذنب
بذر
آخذ
10
ر
r
راكب
شارب
قطار
11
ز
z
زال
نزل
حجز
12
س
s
سمع
مسح
لمس
13
ش

شغل
نشر
عاش
14
ص
s
صاد
حصل
رخص
15
ض
d
ضرب
فضل
بيض
16
ط
t
طلب
بطن
ربط
17
ظ
z
ظرف
نظر
حظ
18
ع
،
عمل
سعد
دفع
19
غ
g
غدر
شغل
فرغ
20
ف
f
فعل
نفس
سلف
21
ق
q
قتل
ثقل
خلق
22
ك
k
كلب
شكل
مالك
23
ل
l
لبن
قلم
فيل
24
م
m
ماء
نمل
لحم
25
ن
n
ناس
بنت
ثمن
26
ه
h
هدف
نهر
إله
27
و
w
وطن
قوي
جو
28
ي
y
يوم
أين
حي

 Berdasarkan bagan 2 di atas dapatlah diketahui bahwa fonem vokal /a/, /i/, dan /u/ beserta fonem vokal panjang /â/, /î/, dan /û/ hanya dapat berdistribusi pada posisi tengah dan akhir kata karena fonem-fonem tersebut tidak dapat berdiri sendiri. Dalam bahasa Arab, fonem vokal selalu terletak setelah fonem konsonan. Di samping itu, semua fonem konsonan dapat berdistribusi di awal, tengah, dan akhir kata. Hal ini berbeda dengan fonem-fonem bahasa yang lain, seperti bahasa Inggris misalnya. Dalam bahasa Inggris fonem /h/ tidak dapat berdistribusi di awal kata. Demikian juga dalam bahasa Jawa, fonem /t/, /d/, /c/, dan /j/ tidak dapat berdistribusi pada akhir kata.

4. Khazanah Fonem Dalam Bahasa Arab
Setiap bahasa mempunyai bunyi-bunyi yang tidak terbatas jumlahnya. Berdasarkan jumlah bunyi yang tidak terbatas itu hanya beberapa bunyi saja yang fungsional. Suatu bunyi bahasa dikatakan fungsional apabila bunyi bahasa dalam suatu bahasa dapat membedakan makna. Hal ini berarti bahwa fonem yang ada dalam suatu bahasa pun terbatas jumlahnya. Jumlah fonem dalam suatu bahasa berkisar antara dua puluh sampai empat puluh buah saja. Jumlah keseluruhan fonem dalam suatu bahasa disebut dengan khazanah fonem (inventory of phonemes) (Verhaar, 1993: 37). Hal ini jelas bahwa pengkhazanahan atau inventarisasi fonem dari suatu bahasa lebih menerangkan sistematika bunyi-bunyi dalam suatu bahasa daripada suatu inventarisasi semua bunyi fonetisnya. Dengan demikian, fonologi itu lebih penting daripada fonetik.
Khazanah atau inventarisasi fonem dalam bahasa Arab adalah jumlah keseluruhan fonem yang ada dalam bahasa Arab. Adapun inventarisasi fonem dalam bahasa Arab adalah sebagai berikut. Ada tiga macam fonem vokal dalam bahasa Arab, yaitu: fonem /a/, /i/, dan /u/ ( َ ِ ُ). Di samping itu, dikenal juga tiga fonem vokal panjang, yaitu: /â/, /î/, dan /û/ ( (َا ِيْ ُوْ. Dalam bahasa Arab hanya dikenal dua macam diftong, yaitu /ai/ dan /au/ (َيْ danَوْ ).
Fonem konsonan yang ada dalam bahasa Arab sebanyak dua puluh delapan buah, yaitu: /ا/ء، ب، ت، ث، ج، ح، خ، د، ذ، ر، ز، س، ش، ص، ض، ط، ظ، ك، /ي، و، ه، ن، م، ل، ق، ف، غ، ع. Dari dua puluh delapan konsonan tersebut, ada beberapa konsonan yang tidak ditemukan dalam bahasa yang lain, seperti: / ص، ض، ط، ظ/. Keempat konsonan tersebut disebut dengan emphatic sounds yang berkorelasi dengan /ذ, ت, د, س/. Dikatakan berkorelasi karena fonem-fonem tersebut bila dibandingkan satu dengan yang lain mempunyai artikulasi (mahraj) yang sama.


5. Karakteristik Huruf-huruf Arab
 Huruf Arab ternyata mempunyai beberapa karakteristik. Karakteristik huruf-huruf Arab adalah seperti yang tercantum dalam bagian berikut ini.
a. Ada beberapa huruf yang mempunyai bentuk yang sama dan huruf-huruf tersebut hanya dibedakan oleh titik saja, seperti:
ب ت ث ن ج ح خ دذ رز ع غ ف ق ص ض
س ش ط ظ
b. Kebanyakan huruf Arab mempunyai tiga bentuk tergantung apakah huruf-huruf itu terletak pada awal, tengah, atau akhir kata, serta huruf apa sebelum dan sesudahnya. Misalnya:
ع عمل تعب منع ضاع
ها هرم فهم الله مياه
ك كرسي مكتب بنك
ي يجئ أبيض حي
c. Setiap konsonan yang diulang tidak ditulis dua kali, tetapi di atas huruf yang diulang itu diberi tasjid, misalnya:
مدررس ¬ مدرس  
كرسيي ¬ كرسي
جوو ¬ جو
معللم ¬ معلم
d. Ada enam huruf yang tidak dapat disambung dengan huruf sesudahnya, yaitu:
ا د ذ ر ز و
e. Bahasa Arab dengan jelas membedakan apakah suatu kata itu termasuk kelompok kata benda (nomina) yang feminin atau maskulin. Nomina feminin biasanya ditambah dengan ta marbuTah (ة), misalnya:
مدرسة قرية أستاذة شجرة طالبة مسلمة
f. Dari dua puluh delapan huruf dalam bahasa Arab dua di antaranya termasuk semi vokal, yaitu و dan ي, misalnya: 
ولد أبيض آمين صور  
g. Dalam bahasa Arab tidak dikenal huruf kapital. Dengan demikian, untuk mengawali kalimat atau pun menulis nama (Tuhan, orang, tempat, dll.) tetap digunakan huruf yang sama.
Ketujuh hal tersebut di atas dikatakan merupakan karakteristik atau ciri khas yang dimiliki oleh huruf-huruf Arab, karena karakteristik tersebut tidak dimiliki oleh huruf-huruf yang ada pada bahasa yang lain.  
   
5. Fonem Vokal Dalam Bahasa Arab  
 Berdasarkan penentuan bunyi sebagai fonem dalam bagian 4 di atas dapatlah diidentifikasikan bahwa ada tiga fonem vokal dalam bahasa Arab, yaitu /a, i, u/ (َ ِ ُ) dan tiga fonem vokal panjang, yaitu /â, î, û/ (َا ِيْ ُوْ ) dan dua diftong, yaitu /ai/ dan /au/ (َيْ danَوْ). Klasifikasi fonem vokal dalam bahasa Arab adalah sebagai berikut.

Bagan 4
Klasifikasi Vokal Bahasa Arab
depan
tengah
belakang
blt.
takb.
blt.
takb.
blt.
takb.
tinggi

i


u

sedang






rendah



a


Keterangan bagan 4: blt. à bulat
  takb. à takbulat

 Dalam bahasa Arab, selain fonem vokal /a, i, u/ juga terdapat fonem vokal panjang /â, î, û/. Vokal panjang tersebut pengucapannya sama dengan pengucapan fonem vokal yang pendek. Hanya saja, durasinya sedikit lebih panjang. 
 Ketiga fonem vokal pendek tersebut dapat berdistribusi pada posisi awal, tengah, dan akhir kata. Demikian juga dengan fonem vokal yang panjang /â, î, û/. Ketiga fonem tersebut dapat berdistribusi di awal, tengah, dan akhir kata.

6. Deskripsi Fonem Vokal Bahasa Arab
 Berikut ini akan dideskripsikan fonem vokal dalam bahasa Arab.
a. /a/ vokal rendah, takbulat, tengah; terdapat pada posisi awal seperti pada kata أكل `makan`, posisi tengah seperti pada kata سأل `bertanya`, dan pada posisi akhir seperti pada kata قرأ `membaca`.
b. /i/ vokal tinggi, takbulat, depan; terdapat pada posisi awal, tengah, dan akhir, seperti pada kata: إن `sesungguhnya`, سئل `ditanya`, من البيت `dari rumah`.
c. /u/ vokal tinggi, bulat, belakang; terdapat pada posisi awal, tengah, dan akhir, seperti pada kata: اكتب`tulislah`حسن , `baik`, المدرسة `sekolahan` .
d. /â/ vokal panjang, rendah, takbulat, tengah; dapat berdistribusi pada posisi awal, tengah, dan akhir kata, seperti dalam kata: آمن `beriman` , القرآن`alqur`an, dan رمى `melempar`.
e. /î/ vokal panjang, tinggi, takbulat, depan; terdapat pada posisi awal, tengah, dan akhir, seperti yang terdapat pada kata: إيمان `iman` , مسلمين `orang Islam`, كتابي `buku saya` 
f. /û/ vokal panjang, tinggi, bulat, belakang; terdapat pada posisi awal, tengah, dan akhir, seperti vokal yang terdapat pada kata: أولئك`mereka`, صائمون `orang-orang yang berpuasa`, جلسوا `mereka (lk) telah duduk`.
g. /ai/ diftong, berdasarkan distribusinya dapat menduduki posisi awal dan tengah kata, seperti pada kata: أين `di mana`, كيف `bagaimana`
h. /au/ diftong, berdasarkan distribusinya dapat berada pada posisi awal dan tengah kata, seperti pada kata: أوفى `menyepakatkan`, سوف`akan` .

7. Fonem Konsonan Dalam Bahasa Arab
 Seperti yang telah dijelaskan pada bagian di atas, dalam bahasa Arab mempunyai 28 fonem konsonan. Pada bagan 5 berikut akan diklasifikasikan fonem konsonan dalam bahasa Arab.

Bagan 5
kontinuan

jenis
konsonan





tempat
artikulasi
l
e
t
u
p
a
n
g
e
s
e
r
a
n
p
a
d
u
a
n
s
a
m
p
I
n
g
a
n
g
e
l
e
t
a
r

s
e
n
g
a
u
s
e
m
I
v
o
k
a
l
bilabial
b




m
w
labiodental

f





apiko-dental

0





apiko-alveolar
t d


l
r
n

apiko-palatal
t d






lamino-alveolar

s z





medio-laminal

j z




y
dorsovelar

G



?

uvular

x





faringal

h





glottal
? q









8. Deskripsi Fonem Konsonan Bahasa Arab
 Adapun deskripsi fonem konsonan dalam bahasa Arab adalah sebagai berikut.
a. ب/b/ merupakan konsonan bersuara, letup, bilabial; dapat berdiatribusi pada posisi awal, tengah, dan akhir kata, seperti pada kata: بنت `anak perempuan`, لبن`susu`, طالب`mahasiswa`.
  Pasangan minimal antara /b/ dengan konsonan lain dibuktikan oleh pasangan-pasangan kata di bawah ini.
طالب `mahasiswa` : طالق `yang muncul` ق:ب
أب `ayah` : أخ `saudara laki-laki` خ:ب
أبى `enggan` : أ تى `datang` ت:ب 
جاب `menjawab` : أ جاز`membolehkan` ز:ب
أدب `menjamu` : أ دم `mencampur` م:ب
b. ت/t/ konsonan takbersuara, letup, apikodental; dapat berdistribusi pada posisi awal, tengah, dan akhir kata. Sebagai contoh dapat diberikan, misalnya: تلميذ `murid`, مفتاح `kunci`, ست `enam`. Oposisi fonem konsonan /t/ dengan fonem konsonan yang lain dapat dilihat pada contoh-contoh berikut.
  ترك`meninggalkan` : حرك`bergerak` ح:ت
  تابع`pengikut` : سابع `yang ketujuh` س:ت
تفل `meludah` : قفل `kembali dari jauh` ق:ت
  تاب`bertobat` : صاب `turun` ص:ت
صات `bersuara` : صاب `turun` ص:ت
iii. ث/q/ konsonan takbersuara, letup, palatal; dapat berdistribusi pada posisi awal, tengah, dan akhir kata seperti pada kata ثلاثة `tiga`, أثر `pengaruh`, dan ليث `singa jantan`. Konsonan ini beroposisi dengan konsonan yang lain seperti yang dibuktikan oleh pasangan-pasangan kata berikut ini
أثاب `membalas` : أصاب `menimpa` ص:ث
أثل `berasal` : أمل `berangan-angan` م:ث
أثر `memindahkan` : أمر `memerintah` م:ث
رثى `menangisi` : رعى `menggembala` ع:ث
a. ج/j/ konsonan bersuara, letup, alveopalatal; dapat berdistribusi pada posisi awal, tengah, danakhir kata, seperti pada kata: جلس`duduk`, عجل `bersegera`, dan خرج `keluar`. Konsonan ini beroposisi dengan konsonan lain seperti dibuktikan oleh pasangan-pasangan kata di bawah ini.


رجى `mengharap` : رمى `melempar` م:ج
دمج `masuk` : دمر `binasa` ر:ج
خرج `keluar` : خرت `melubang` ت:ج
سجا `tenang` : سحا `mencukur` ح:ج
سجب `mengupas` : سحب `menarik` ح:ج

e. ح/h/ dapat berdistribusi pada posisi awal, tengah, dan akhir kata seperti pada 
kata حمل `membawa`, أحمر `merah`, dan ناجح `oarng yang sukses`. Konsonan ini beroposisi dengan konsonan yang lain seperti yang dibuktikan dengan pasangan-pasangan kata berikut ini.
حال `berubah` : خال `kosong` خ:ح
حاش `menghalau` : عاش `hidup` ع:ح
رحى `istirahat` : رمى `melempar` م:ح
حامد `yang terpuji` : هامد `yang kering` ه:ح
حبر `menghiasi` : عبر `menyeberangi` ع:ح
f. خ/x/ konsonan yang dapat berdistribusi pada awal, tengah, dan akhir kata seperti kata خرج `keluar`, إخلاص `rela atau ikhkas`, dan طبخ `memasak`. Konsonan ini beroposisi dengan konsonan yang lain seperti pada pasangan-pasangan kata berikut ini.
خب `melangkah` : حب `mencintai` ح : خ  
ختل `menipu` : قتل `membunuh` ق: خ 
خضع `tunduk` : وضع `meletakkan` و: خ
خطئ `salah` : بطئ `lambat` ب:خ 
خلف `menggantikan` : سلف `mendahului` س:خ

g. د /d/ konsonan bersuara, letup, alveolar; terdapat pada posisi awal, tengah, dan akhir kata, seperti yang terdapat pada kata: دخل `masuk`, عدل `berbuat adil`, مد `membentangkan`. Konsonan /d/ ini beroposisi dengan konsonan lain seperti dibuktikan oleh beberapa pasangan kata di bawah ini.
  دثر`hilang` : أثر `mempengaruhi` أ:د
دمر `mati` : أمر `memerintah` أ:د
دمس`sangat gelap` : لمس`menyentuh` ل:د
دمل `membaja` : أمل `berangan-angan` أ:د
دار `berputar` : سار `berjalan` س:د
h. ذ/0/ konsonan yang dapat berditribusi pada awal, tengah, dan akhir kata seperti pada kata ذنب `dosa`, بذر `benih`, dan آخذ `orang yang mengambil`. Konsonan ini beroposisi dengan konsonan lain seperti yang terdapat pada pasangan-pasangan kata berikut ini.
ذاب`hancur` : هاب `takut` ه:ب
ذاد `melindungi` : زاد `bertambah` ز:د
ذل `hina` : دل `menunjukkan` د:ذ
ذرع `mengukur dengan hasta: شرع `mengundangkan` ش:ذ
نذر `bernazar` : نصر`menolong` ص:ذ
a. ر/r/ konsonan bersuara, getar, alveolar; terdapat pada posisi awal, tengah, dan akhir, seperti pada kata: رمى `melempar`, كرم `mulia`, dan نصر `menolong`. Konsonan /r/ ini beroposisi dengan konsonan yang lain seperti yang dibuktikan oleh beberapa pasangan kata berikut ini.
نسر `mengoyak` : نسف`merobohkan` ف:ر
نشر `mengembangkan` : نشد `mencari sesuatu yg. hilang` د:ر
نجر `menghaluskan` : نجز `menyampaikan hajat` ز:ر
رقع `menambah` : وقع `meletakkan` و:ر
راد `mencari` : زاد `menambah` ز:ر
b. ز /z/ konsonan yang dapat berdistribusi pada posisi awal, tengah, dan akhir kata seperti pada kata زال `lenyap`, نزل `turun`, dan حجز `menghalangi`. Konsonan ini beroposisi dengan konsonan yang lain seperti yang dibuktikan oleh pasangan-pasangan kata di bawah ini.


زوى `melarang` : روى `meriwayatkan` ر:ز
زبط `berteriak` : هبط `turun` ه:ز
زبل `membaja` : نبل `memanah` ن:ز
زبق `mencabut` : سبق `mendahului` س:ز
زجل `melempar` : نجل `mencangkul` ن:ز
i. س/s/ konsonan takbersuara, desis, alveolar; terdapat pada posisi awal, tengah, dan akhir kata, seperti pada kata: سلام `keselamatan`, أسد `singa`, dan لباس`pakaian`. Konsonan /s/ ini beroposisi dengan konsonan yang lain seperti yang dibuktikan oleh pasangan-pasangan kata berikut ini.
سأر `menyisakan` : زأر`meraung` ز:س
سبر `mengukur` : صبر`bersabar` ص:س
سجر `menyalakan` : شجر`mengikat` ش:س
سحا `mencukur` : صحا `terang cuaca` ص:س
سرح `pergi` : قرح `melukai` ق:س
j. ش/ / konsonan takbersuara, desis, alveolar; dapat berdistribusi pada posisi awal, tengah, dan akhir kata, misalnya: شمس `matahari`, خشم `marah`, dan خاش `orang yang takut`. Konsonan ini beroposisi dengan konsonan lain seperti yang dibuktikan oleh pasangan-pasangan kata berikut ini.
شبث `bergantung` : لبث `tinggal` ل:ش
شجب `membinasakan` : وجب`mewajibkan` و:ش
شد `menolong` : مد `membentangkan` م:د
شذب `mengupas` : كذب`berbohong` ك:ش
شطب `membelah` : خطب `meminang` خ:ش
k. ص/s/ konsonan takbersuara, desis, alveolar; dapat berdistribusi pada posisi awal, tengah, dan akhir kata, misalnya: صوت `suara`, حصاد `panen`, dan إخلاص `rela/ikhlas`.Konsonan ini beroposisi dengan konsonan yang lain seperti yang dibuktikan oleh beberapa pasangan kata berikut ini.
صبح `datang pada waktu pagi` : سبح`berenang` س:ص
صبغ `mencelup` : تبغ `tampak` ت:ص
صب `menuangkan` : ضب `diam` ض:ص
صدح `menyanyi` : مدح`memuji` م:ص
صرف `menolak` : شرف `memuliakan` ش:ص
l. ض /d/ konsonan takbersuara, letup, alveolar; dapat berdistribusi pada posisi awal, tengah, dan akhir kata, misalnya: ضمير `batin manusia`, عضل `lengan`, dan أرض `bumi`.
ضرب `memukul` : شرب `minum` ش:ض
ضمر `kurus kering` : همر `tercurah ه:ض
ضل `sesat` ظل: `teduh` ظ:ض
ضار `lapar` : صار `menjadi` ص:ض
  ضاع`hilang` : داع `berdoa` د:ض
m. ط /t/ konsonan takbersuara, letup, apikodental; dapat berdistribusi pada posisi awl, tengah, dan akhir kata, misalnya: طالب `mahasiswa`, سطع `pancaran`, dan سراط `jalan raya`. Konsonan ini beroposisi dengan konsonan yang lain seperti yang dibuktikan oleh beberapa pasangan kata berikut.
طرق `mengetuk` : شرق `mencuri` ش:ط
طرأ `datang tiba-tiba` : قرأ `membaca` ق:ط
بطل `pahlawan` : بصل `bawang` ص:ط
طاش `kurang ingat` : عاش `hidup` ع:ط
طوى `melipat` : نوى `berniat` ن:ط
n. ظ/z/ konsonan takbersuara, letup, apikopalatal; dapat berdistribusi pada posisi awal, tengah, dan akhir kata,misalnya: ظبة `mata pedang`, عظيم `yang maha agung`, dan حفيظ `yang maha menjaga`.
ظهر `tampak` : طهر `bersuci` ط:ظ
ظاف `memburu` : صاف `berbulu` ص:ظ
ظئر `penyayang anak` : بئر `sumur` ب:ظ
ظن `mengira` : من `memberi karunia` م:ظ
  ظر`batu setajam pisau` : سر `rahasia` س:ظ
o. ع /`/ konsonan yang dapat berdistribusi di awal, tengah, dan akhir kata seperti pada kata علم `mengetahui`, تسعة `sembilan`, dan سبع `sembilan`. Konsonan ini beroposisi dengan konsonan yang lain seperti yang ditunjukkan oleh beberapa pasangan kata berikut ini.
  عرض`lebar` : أرض `bumi` أ:ع
عريض `yang lebar` : مريض `sakit` م:ض
عق `durhaka` : شق `memecahkan` ش:ض
عكم `membungkus` : حكم `menghakimi` ح:ض
علم `bendera` : ألم `sakit` أ:ض
p. غ/g/ konsonan yang dapat berdistribusi pada awal, tengah,dan akhir kata seperti yang terdapat pada kata غد `besuk`, مشغول`sibuk`, dan فرغ`kosong`. Konsonan ini beroposisi dengan konsonan yang lain seperti yang ditunjukkan oleh beberapa pasangan kata di bawah ini.
غبط `bercita-cita` : هبط `turun` ه:غ
غبر `tinggal` : خبر `memberitahukan` خ:غ
غرور `sia-sia` : سرور `senang` س:غ
غرفة `kamar` : عرفة `harum` ع:غ
غريم `penghutang` : كريم `mulia` ك:غ
q. ف/f/ konsonan yang dapat berdistribusi di awal, tengah, dan akhir kata seperti yang terdapat pada kata فعل `bekerja`, مفتاح`kunci`, dan سيف `pedang`. Konsonan ini beroposisi dengan konsonan yang lain seperti yang ditunjukkan oleh beberapa pasangan kata berikut ini.
 فصم`memutuskan` : خصم `mengalahkan` خ:ف 
فضح `memalukan` : وضح `menjelaskan` و:ف
سيف `pedaang` : سيل `gelombang` ل:ف
فار `lari` : صار `menjadi` ص:ف
فاز `menang` : عاز `menyulitkan` ع:ف

r. ق/q/ konsonan takbersuara, letup, glottal; terdapat pada posisi awal, tengah, dan akhir kata, seperti yang terdapat pada kata: قاموس `kamus`, أقلام `pena (jamak)`, dan أحلاق `budi pekerti`. Konsonan ini beroposisi dengan beberapa konsonan yang lain seperti yang dibuktikan oleh beberapa pasangan kata di bawah ini.
قبيل `penjamin` : سبيل`jalan` س:ق
قدح `mencela` : مدح`memuji` م:ق
قرح `melukai` : صرح `menjelaskan` ص:ق
قرض `menggigit` : عرض `membentangkan` ع:ض
قسم `bagian` : اسم `nama` ا:ق
s. ك/k/ konsonan takbersuara, letup, dorsovelar; dapat berdistribusi pada awal, tengah, dan akhir kata, seperti yang terdapat pada kata: كتاب `buku`, أكل `makanan`, dan سمك `ikan`. Konsonan /k/ ini beroposisi dengan konsonan yang lain seperti yang dibuktikan oleh beberapa pasangan kata berikut ini.
كلب `anjing` : قلب `hati` ق:ك
كأس `gelas` : فأس `kapak` ف:ك
كبس `menekan` : عبس `memasamkan muka` ع:ك
كدح `kulit terkelupas` : قدح `celaan` ق:ك
كر `kembali` : شر `menghinakan` ش:ك
t. ل/l/ konsonan bersuara, lateral, alveolar; dapat berdistribusi pada posisi awal, tengah, dan akhir kata. Sebagai contoh dapat diberikan, misalnya: لون `warna`, ألم `sakit`, عقل `pikiran`. Konsonan /l/ ini beroposisi dengan konsonan lain seperti yang dibuktikan oleh beberapa pasangan kata berikut.
لب `tinggal` : صب `menuang` ص:ل
لبيب `yang berakal` : حبيب `kekasih` ح:ل
لبس `samar` : عبس `memasamkan muka` ع:ل
لحا `memaki` : محا `menghapus` م:ل
لعب `bermain` : تعب `lelah` ت:ل
v. م/m/ konsonan bersuara, nasal, bilabial; terdapat pada posisi awal, tengah, dan akhir kata, misalnya: موت `kematian`, عمل `perbuatan`, dan صوم `saum`. Konsonan /m/ ini berdistribusi dengan konsonan yang lain seperti yang terdapat pada pasangan-pasangan kata berikut.
مجد `mulia` : وجد `menemukan` و:م
مرأ `enak` : قرأ `membaca` ق:م
مرى `mengingkari` : سرى `berjalan malam` س:م
مزق `mengoyak` : رزق `memberi rizki` ر:م
مضر `menjadi masam` : حضر `hadir` ح:م
w. ن/n/ konsonan bersuara, nasal, alveolar; dapat berdisstribusi pada posisi awal, tengah, dan akhir kata. Sebagai contoh dapat diberikan, misalnya: نوم `tidur`, إنسان `manusia`, dan ابن `anak laki-laki`. Konsonan /n/ ini beroposisi dengan konsonan yang lain seperti yang dibuktikan oleh beberapa pasangan kata berikut.
نبي `nabi` : غبي`bodoh` غ:ن
نبح `menyalak` : سبح `berenang` س:ن  
نجد `menolong` : وجد `mendapatkan` و:ن
نديم `teman minum` : قديم `dahulu` ق:ن
نزا `melompat` : غزا `bermaksud` غ:ن
x. ه/h/ konsonan yang dapat berdistribusi pada awal, tengah,dan akhir kata seperti yang terdapat pada kata هجرة `hijrah`, أهل `ahli`, dan الله `Allah`. Konsonan ini beroposisi dengan konsonan yang lain seperti yang dibuktikan oleh beberapa pasangan kata di bawah ini.
هتر `merusak` : وتر `mengikat` و:ه
هجد `sholat malam` : مجد `mulia` م:ه
هجر `memutus hubungan`: شجر `mengikat` ش:ه
هجس `terlintas` : نجس `najis` ن:ه
هد `merobohkan` : حد `membatasi` ح:ه 
y. و /w/ semivokal, bersuara, bilabial; terdapat pada posisi awal, tengah, dan akhir kata, seperti pada kata وقت `waktu`, أقوال `perkataan-perkataan`, dan دلو `ember`. Konsonan ini beroposisi dengan konsonan yang lain seperti yang dibuktikan oleh beberapa pasangan kata berikut ini.
 وجب`wajib` : حجب `menutupi` ح:و 
وجم `diam` : هجم `menyerang` ه:و
ود `mengasihi` : مد`membentangkan` م:و
وسط `tengah-tengah` : بسط `membentangkan` ب:و
وصل `sampai` : حصل`memperoleh` ح:و
z. ي/y/ semivokal, bersuara, alveopalatal; terdapat pada posisi awal, tengah, dan akhir kata, seperti pada kata يد `tangan`, آية `tanda atau ayat`, dan كرسي `kursi`. Konsonan /y/ ini beroposisi dengan konsonan yang lain, serperti yang dibuktikan oleh beberapa pasangan kata berikut ini.
يئس `putus asa` : بئس `sengsara` ب:ي
يسر `lembut` : كسر `memecah` ك:ي
يفع `hampir balig` : نفع`bermanfaat` ن:ي
ينع `masak` : منع `melarang` م:ي
يوم `hari` : قوم `bangsa` ق:ي

9. Penafsiran Ekafonem dan Dwifonem dalam Bahasa Arab
 Seringkali orang baru mengenal bahasa Arab, tetapi mengerti tentang linguistik, akan menghadapi permasalahan dengan fonem-fonem konsonan yang ditasdid, misalnya, kata مر `lewat`, ود`mencintai`, حب`cinta`, dan sebagainya. Permasalahan itu muncul karena dalam bahasa lain, misalnya bahasa Italia, muncul juga fonem-fonem ganda dalam suatu kata, seperti kata cassa `dos`, cappa `jubah`, dan nonno `nenek`. Akan tetapi, dalam bahasa Italia tersebut sudah jelas bahwa fonem ganda dalam cassa `dos`, cappa `jubah`, dan nonno `nenek` itu ditafsirkan sebagai ekafonem. Hal itu dikarenakan bahwa tidak ada pasangan minimal antara cassa : casa, cappa : capa, dan nonno : nono. Dengan demikian, dalam bahasa Italia fonem ganda atau kembar tersebut diperlakukan sebagai ekafonem tanpa harus memperhatikan apakah itu cassa atau casa, cappa atau capa, dan nonno atau nono. Kemudian, bagaimana dengan bahasa Arab? Apakah fonem ganda atau fonem yang ditasdid itu akan ditafsirkan sebagai ekafonem atau dwifonem, itulah permasalahannya. 
 Masyarakat bahasa Arab secara umum mengenal apa yang disebut dengan tasdid yang berarti bahwa fonem yang mendapat tasdid itu berasal dari dua fonem. Sebagai contoh dapar diberikan, misalnya: حب, فر, مر. Ketiga kata tersebut berasal dari ح ب ب , ف ر ر , dan م ر ر . Untuk mengetahui apakah حب, فر, dan مر itu akan ditafsirkan sebagai ekafonem atau dwifonem itu harus dikembalikan kepada cara pengidentifikasian bunyi ke dalam fonem, yaitu dilihat dari pasangan minimalnya. Apabila terdapat pasangan minimal antara fonem kembar itu, maka fonem kembar itu ditafsirkan sebagai dwifonem. Bila tidak terdapat pasangan minimal di antara keduanya, maka fonem kembar itu ditafsirkan sebagai ekafonem. 

10. Fonem Suprasegmental

 Fonem-fonem yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya di atas semuanya termasuk dalam fonem segmental. Dikatakan fonem segmental, karena fonem-fonem tersebut dapat disegmentasikan atau dipotong-potong menjadi bagian-bagian yang terkecil. Sebagai contoh dapat diberikan, misalnya, ذَهَبَ dapat disegmentasikan menjadi /َ/, /ب/, /َ/, /هـ/, /َ/, /ذ/. Di samping fonem-fonem tersebut, masih terdapat bentuk lain yang fungsional dalam membedakan makna. Bentuk tersebut terdapat pada sibale, kelompok silabe, frasa, kelompok frasa, atau bahkan terdapat dalam kalimat. Yang dimaksudkan di sini adalah: (1) titinada, (2) intonasi, (3) tekanan, dan (4) aksen.

10. Aksen Dalam Bahasa Arab
 Menurut Tritton (1958, 22) aksen dalam bahasa Arab terjadi pada hal-hal sebagai berikut:
a. Silabe penultima (suku kata pertama dari akhir) apabila suku pertama dari akhir kata mempunyai vokal panjang, seperti pada kata كتاب ki`tabun `kitab`, رجال ri`jalun `laki-laki (jamak)`, بحار bi`harun `laut (jamak)` dan lain-lain yang sejenis dengannya.
b. Suku kata yang panjang sebelum silabe antepenultima (suku kata kedua dari akhir) apabila baik pada silabe penultima maupun antepenultima mempunyai vokal pendek, seperti pada kata محاسبة mu`hasabah `perhitungan`, معاملة mu`amalah `perlakuan`, dan lain sebagainya yang sejenis; atau pada suku kata pertama jika tidak terdapat vokal panjang, seperti pada كتبتها `katabtuhuma `saya telah menulis (surat) kepada mereka berdua`.
c. Silabe antepenultima (suku kata pertama) jika suku kata pertama mempunyai vokal panjang dan suku kedua dari akhir mempunyai vokal pendek; jika suatu kata mempunyai tiga suku kata yang pendek, seperti pada kata كاتب `katibun `penulis` dan كتب `kataba `menulis`.
 Kata-kata yang monosilabis dan artikel pentakrif yang digabungkan dalam tulisan tidak mempengaruhi aksen, seperti pada و كتب wa-`kataba `dan dia lk. telah menulis` الجديدal-`jadidu `baru`. 


***



















Daftar Pustaka

Awni, Naahid, 1998. Anisytuna, Egyptian Colloquial. Alqahirah: Dar Gharib.

Crystal, D., 1992. The Cambridge Encyclopedia of Language. London: Cambridge University Press.

Jawat Nur, Abdul, 1999. Bahasa Jawa di Wilayah Kabupaten Brebes: Kajian Geografi Dialek. Yogyakarta: Program Pascasarjana UGM.

Kridalaksana, H., 1983. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Verhaar, J.M.W., 1993. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

_______, 1996. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Wijana, I.D.P., 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Penerbit Andi.